ketika embun mulai jatuh dipermukaan daun, tanah dan segenap isi alam
saat subuh dingin mulai merambat ke waktu pagi
mentari mulai menampakkan sejuk dan keindahannya pada alam untuk mengawali sebuah pagi yang baru dalam cerahnya hari
ketika embun mulai mengalir menjadi sebuah tetes bening yang menggantung di ujung daun menjadi sebuah saat indah di permulaan pagi ini untuk bisa melihatmu
seketika terasa sebuah pagi yang lain dari hariku yang telah lewat
namun saat mentari mulai merah dan mengeringkan sisa embun di telapak daun, aku mulai gelisah dengan dalam penantian seiring uapmu yang mulai naik keudara bersama hari yang mulai gerah dalam tiap tetes keringatku...
kucoba kembali mencari sejukmu dalam terik, namun tak kunjung kudapatkan tetes bening sejukmu ditiap ujun daun yang coba kusentuh....
saat senja mulai merayapi malam
pencarianku mulai lelah dalam penat
namun tetap tak kutemukan tetesmu ditiap jalan yang kulalui, di tiap belukar dan semak yang coba kusibak
hingga akhirnya malam membawaku dalam bayangnya tentang dirimu
setelah putus asa mulai menggerogoti sarafku
kucoba kembali merapal segala doaku dalam kabut malam
berharap semoga esok bisa kembali melihatmu menggantung diujung daun
hingga dapat kuambil dan kusimpan dalam sebuah toples untuk ku bawa sepanjang hari dan memandangimu saat menjelang lelapku
namun itu hanya akan membuatmu menjadi setetes air,
dan bukanlah embun bening yang indah diujung daun
aku juga mungkin tak kuasa menjaga beningmu dalam dekapku
hingga akhirnya kuputuskan biarlah aku yang berubah menjadi uap
agar bisa kekal menjelma embun bersamamu di tiap pagi “
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar