kini ada mata yang selalu terbasuh air mata
dalam kita yang belajar saling mengenal
hingga menjadikan mata kita tak lagi nanar
meski tercemar debu di tiap jalan yang menebar
berharap air mata tak menjadikan lemah dalam lelah
yang setiap saat bisa membawa hanyut dalam larutnya
sampai terhempas ke karang-karang yang tajam
hingga menenggelamkan perahu kertas yang kita lepaskan dengan doa di bibir pantai
sungguh,
tiap tetes akan melawati garis kelopak
lalu menuju ke tiap sudut mata
hingga membentuk bening dan menggenang disana
biarkan ia jatuh dan meneteskan semua beban ke wajah kita
agar tiap kerut-kerut di alirinya
bisa menceritakan berbagai kisah lewat mata dan raut kita
saat nanti kita telah menua bersama
Sebelum hari ini berakhir
mari buat sebuah kisah untuk di tulis
tentang niat yang tak tersentuh beda
atau tentang benak yang menyatukan kita
lalu kau beri sapa pada asing
yang mengajak larut sebuah takut
dan kau seduh tawa menjadi sebungkus permen
tanpa rasa yang sepat menyisa diujung kulum
sampai disisa waktu yang berdetak
senyum masih merekah dibalik tirai senja
sampai terang bertemu gelap
kita menyusuri tapak dalam malam
dari obrolan yang tertukar
pikiran yang menular
beberapa debat berujung gumam
sampai bayang kita menyatu dalam temaram
kisah akhirnya tercipta tanpa rencana
dalam kita yang terpikat geliat
mari buat sebuah kisah untuk di tulis
tentang niat yang tak tersentuh beda
atau tentang benak yang menyatukan kita
lalu kau beri sapa pada asing
yang mengajak larut sebuah takut
dan kau seduh tawa menjadi sebungkus permen
tanpa rasa yang sepat menyisa diujung kulum
sampai disisa waktu yang berdetak
senyum masih merekah dibalik tirai senja
sampai terang bertemu gelap
kita menyusuri tapak dalam malam
dari obrolan yang tertukar
pikiran yang menular
beberapa debat berujung gumam
sampai bayang kita menyatu dalam temaram
kisah akhirnya tercipta tanpa rencana
dalam kita yang terpikat geliat
andai tanah bisa menghitung tiap jejak
andai pohon bisa meninggalkan dahan
mematahkan ranting
atau menggugurkan daun
atau jika saja udara bisa menghela nafasnya
dan laut dapat memisahkan mata air dari sungai
maka tak perlu hari ini bumi menangisi alam
yang semakin rapuh dalam usianya
tak perlu daratan menjadi sebuah kolam
yang membenamkan segala air mata
tak perlu gunung meruntuhkan dirinya serupa sujud kepada alam
yang menimbun segala pedih kedalam lumpur
atau mungkin memang itu yang harus terjadi
karena manusia yang menjadikan lupa sebagai hidupnya
atau memasang topeng kertas yang menutupi wajahnya
untuk mengeruk seluruh isi alam kedalam perut dan kantongnya
dan ketika waktu telah tiba
mereka akan memuntahkan seluruh isi perutnya kedalam lahat
merobek tiap lapis kantongnya untuk dijadikan kafan menutupi mayat kerabat
atau mengalirkan air matanya untuk mencairkan darah yang mengental
earth day_22 april
andai pohon bisa meninggalkan dahan
mematahkan ranting
atau menggugurkan daun
atau jika saja udara bisa menghela nafasnya
dan laut dapat memisahkan mata air dari sungai
maka tak perlu hari ini bumi menangisi alam
yang semakin rapuh dalam usianya
tak perlu daratan menjadi sebuah kolam
yang membenamkan segala air mata
tak perlu gunung meruntuhkan dirinya serupa sujud kepada alam
yang menimbun segala pedih kedalam lumpur
atau mungkin memang itu yang harus terjadi
karena manusia yang menjadikan lupa sebagai hidupnya
atau memasang topeng kertas yang menutupi wajahnya
untuk mengeruk seluruh isi alam kedalam perut dan kantongnya
dan ketika waktu telah tiba
mereka akan memuntahkan seluruh isi perutnya kedalam lahat
merobek tiap lapis kantongnya untuk dijadikan kafan menutupi mayat kerabat
atau mengalirkan air matanya untuk mencairkan darah yang mengental
earth day_22 april
sepenuh diriku terhentak dilantai bersama benda yang kau jatuhkan dalam kataku
sempat terpisah sesaat benak dari otak
ada sesal memunguti setiap jejatuhan
sembari merapal doa menyusun retak hingga menyerupa mozaik
sayang jika itu menjadi celah bagi setitik lemah
karena celah ini adalah tempat kita mengisi kuat
agar tembok kokoh yang sedang terbangun
tak menjadi rentan karena usia
dan jika nanti kita tak kuat lagi menahan benda itu kembali jatuh
maka biarkanlah ia jatuh...
karena mungkin kita akan kembali memunguti doa yang lain
untuk kita susun menjadi mozaik lain yang lebih cantik dalam retak
sempat terpisah sesaat benak dari otak
ada sesal memunguti setiap jejatuhan
sembari merapal doa menyusun retak hingga menyerupa mozaik
sayang jika itu menjadi celah bagi setitik lemah
karena celah ini adalah tempat kita mengisi kuat
agar tembok kokoh yang sedang terbangun
tak menjadi rentan karena usia
dan jika nanti kita tak kuat lagi menahan benda itu kembali jatuh
maka biarkanlah ia jatuh...
karena mungkin kita akan kembali memunguti doa yang lain
untuk kita susun menjadi mozaik lain yang lebih cantik dalam retak
hari ini ada banyak sabar untuk diserap
yang terlewat sadar ketika itu terhampar
mungkin karena pandang telah tercemar nanar
atau hati mulai bergelut gusar
mari belajar dari kisah waktu yang mendesak detik dan menit
dari penantian yang tak menemu rupa dalam jarak
dari harap dan janji yang terbatas sempat
atau dari luka berlapis duka
mungkin ia punya batas berbeda ditiap sesak
sesekali kadang tertumbuk tembok dalam ruang benak
namun yakin itu akan menjadi pijar
keika kita telah belajar melukis sabar dalam berbagai gambar
yang terlewat sadar ketika itu terhampar
mungkin karena pandang telah tercemar nanar
atau hati mulai bergelut gusar
mari belajar dari kisah waktu yang mendesak detik dan menit
dari penantian yang tak menemu rupa dalam jarak
dari harap dan janji yang terbatas sempat
atau dari luka berlapis duka
mungkin ia punya batas berbeda ditiap sesak
sesekali kadang tertumbuk tembok dalam ruang benak
namun yakin itu akan menjadi pijar
keika kita telah belajar melukis sabar dalam berbagai gambar
Langganan:
Postingan (Atom)